Minggu, 16 September 2012

Teruntuk Kamu

Yogyakarta, 16 September 2012


Hai kamu. Apa kabar? Baik-baik saja kan? Aku harap begitu. Mungkin aku tak perlu memberitahumu keadaanku seperti apa. Karna mungkin sampai kapanpun kau tak peduli.

Kamu. Kamu temanku. Ya, aku masih menganggapmu temanku. Tapi aku tak tau kau anggapku apa. Mantan teman? Mungkin. Tapi ingatkah? Dulu kau bukan anggap aku teman. Bukan sahabat. Bukan juga pacar. Semacam.... Begitulah... Sulit untuk kujelaskan, mungkin kau bisa menafsirkannya sendiri.

Aku ingin menanyakan perasaanmu saat ini. Apa kau marah padaku? Maaf kan aku jika aku pernah berbuat salah padamu. Aku minta maaf atas sifat keegoisanku. Aku harap kau mengerti. Aku bahagia mengenalmu. Lebih dari satu tahun aku mengenalmu. Hanya mengenalmu. Bukan memilikimu. Karna memang aku tidak ingin memilikimu.

Kau tahu? Aku saat ini merindukanmu. Dan kau harus tau. Sudah beberapa hari ini aku merindukanmu. Aku tak tau penyebabnya. Aku hanya merasakan aku merindukanmu. Merindu saat-saat kau mengagumiku. Bukan rindu untuk dijadikan kekasih. Tapi rindu saat kau menjadi temanku. Teman dalam kesepian ku. Teman dalam kesendirianku. Selalu ada untukku. Selalu membayangiku. Selalu berharap padaku. Kau pasti bertanya, mengapa aku tau semua itu? Karna aku mengenalmu lebih dari kau mengenalku sekalipun kau pengagumku.

Sekitar 1 tahun 3 bulan yang lalu. Aku mengenalmu. Perkenalan kita cukup lucu. Tapi aku tak harus menceritakannya disini. Awalnya aku tak peduli padamu. Tapi setelah kau berusaha untuk meyakinkanku. Aku mulai nyaman denganmu. Saat kau berada disampingku. Aku tak merasakan rasa apapun. Bahkan aku hampir mengabaikanmu. Lalu, kau mulai menyerah dan pergi meninggalkanku. Tapi disaat kau meninggalkanku, aku merasa kesepian. Saat kau kembali dan menurutku aku hanya sebagai pelampiasaan saat kau sudah tak berhubungan dengan perempuan itu lagi. Aku menerimamu, tapi lagi-lagi aku tak merasakan apapun hingga akhirnya kau pergi lalu kembali. Kejadian itu terus berulang. Aku tak mengerti. Tapi aku menikmati saat-saat kau mengagumiku. 

Saat kau melirikku. Saat kau memandangku. Saat kau menatapku. Bahkan saat pertama kali kau memanggil namaku dan berbicara denganku, itu adalah kejadian bersejarah dihidupku. Saat itu aku sudah memutuskan, mungkin aku menyayangimu, dan tinggal menunggu waktu.

Dalam tiap detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, aku menunggu waktu, seseorang datang dikehidupanku. Memberi perhatian lebih darimu. Aku menanggapi lebih dari aku menanggapimu. Aku mengabaikannya lebih sedikit dari aku mengabaikanmu yang terlalu banyak. Aku tau kau pasti marah, kau mungkin cemburu. Dan saat kau pergi meninggalkanku, kesedihanku tidak sama dengan kau meninggalkanku sebelum-sebelumnya. Aku merasa kau tak akan kembali. Dan memang benar, kau tak kembali.

Saat ini, aku merindukanmu teman. Ya, merindukanmu saat kau menjadi temanku. Mungkin jika aku tanya, kamu akan menjawab bahwa kita bukan musuh. Tapi perasaanmu mengatakan bahwa kita musuh. Kau berhak untuk marah padaku. Tapi kenyataannya kau yang meninggalkanku. Aku tahu pasti kau akan menjawab, "Kau adalah alasan aku aku meninggalkanmu. Kau yang membuat aku meniggalkanmu. Jangan salahkan aku". Ya, seperti itulah mungkin jawabanmu.

Saat kau membacanya, pasti bingung tentang apa yang ku tulis. Tapi memang kau akan membaca? Mustahil. Kamu, aku sangat merindukanmu. Semoga kita bisa bertemu dan kau akan memanggilku. Itu yang kurapkan. Mungkin itu saja yang ingin ku tulis, hanya ku tulis. Tidak menyampaikannya padamu. Sampai jumpa.


-Aku-

Minggu, 16 September 2012

Teruntuk Kamu

Yogyakarta, 16 September 2012


Hai kamu. Apa kabar? Baik-baik saja kan? Aku harap begitu. Mungkin aku tak perlu memberitahumu keadaanku seperti apa. Karna mungkin sampai kapanpun kau tak peduli.

Kamu. Kamu temanku. Ya, aku masih menganggapmu temanku. Tapi aku tak tau kau anggapku apa. Mantan teman? Mungkin. Tapi ingatkah? Dulu kau bukan anggap aku teman. Bukan sahabat. Bukan juga pacar. Semacam.... Begitulah... Sulit untuk kujelaskan, mungkin kau bisa menafsirkannya sendiri.

Aku ingin menanyakan perasaanmu saat ini. Apa kau marah padaku? Maaf kan aku jika aku pernah berbuat salah padamu. Aku minta maaf atas sifat keegoisanku. Aku harap kau mengerti. Aku bahagia mengenalmu. Lebih dari satu tahun aku mengenalmu. Hanya mengenalmu. Bukan memilikimu. Karna memang aku tidak ingin memilikimu.

Kau tahu? Aku saat ini merindukanmu. Dan kau harus tau. Sudah beberapa hari ini aku merindukanmu. Aku tak tau penyebabnya. Aku hanya merasakan aku merindukanmu. Merindu saat-saat kau mengagumiku. Bukan rindu untuk dijadikan kekasih. Tapi rindu saat kau menjadi temanku. Teman dalam kesepian ku. Teman dalam kesendirianku. Selalu ada untukku. Selalu membayangiku. Selalu berharap padaku. Kau pasti bertanya, mengapa aku tau semua itu? Karna aku mengenalmu lebih dari kau mengenalku sekalipun kau pengagumku.

Sekitar 1 tahun 3 bulan yang lalu. Aku mengenalmu. Perkenalan kita cukup lucu. Tapi aku tak harus menceritakannya disini. Awalnya aku tak peduli padamu. Tapi setelah kau berusaha untuk meyakinkanku. Aku mulai nyaman denganmu. Saat kau berada disampingku. Aku tak merasakan rasa apapun. Bahkan aku hampir mengabaikanmu. Lalu, kau mulai menyerah dan pergi meninggalkanku. Tapi disaat kau meninggalkanku, aku merasa kesepian. Saat kau kembali dan menurutku aku hanya sebagai pelampiasaan saat kau sudah tak berhubungan dengan perempuan itu lagi. Aku menerimamu, tapi lagi-lagi aku tak merasakan apapun hingga akhirnya kau pergi lalu kembali. Kejadian itu terus berulang. Aku tak mengerti. Tapi aku menikmati saat-saat kau mengagumiku. 

Saat kau melirikku. Saat kau memandangku. Saat kau menatapku. Bahkan saat pertama kali kau memanggil namaku dan berbicara denganku, itu adalah kejadian bersejarah dihidupku. Saat itu aku sudah memutuskan, mungkin aku menyayangimu, dan tinggal menunggu waktu.

Dalam tiap detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, aku menunggu waktu, seseorang datang dikehidupanku. Memberi perhatian lebih darimu. Aku menanggapi lebih dari aku menanggapimu. Aku mengabaikannya lebih sedikit dari aku mengabaikanmu yang terlalu banyak. Aku tau kau pasti marah, kau mungkin cemburu. Dan saat kau pergi meninggalkanku, kesedihanku tidak sama dengan kau meninggalkanku sebelum-sebelumnya. Aku merasa kau tak akan kembali. Dan memang benar, kau tak kembali.

Saat ini, aku merindukanmu teman. Ya, merindukanmu saat kau menjadi temanku. Mungkin jika aku tanya, kamu akan menjawab bahwa kita bukan musuh. Tapi perasaanmu mengatakan bahwa kita musuh. Kau berhak untuk marah padaku. Tapi kenyataannya kau yang meninggalkanku. Aku tahu pasti kau akan menjawab, "Kau adalah alasan aku aku meninggalkanmu. Kau yang membuat aku meniggalkanmu. Jangan salahkan aku". Ya, seperti itulah mungkin jawabanmu.

Saat kau membacanya, pasti bingung tentang apa yang ku tulis. Tapi memang kau akan membaca? Mustahil. Kamu, aku sangat merindukanmu. Semoga kita bisa bertemu dan kau akan memanggilku. Itu yang kurapkan. Mungkin itu saja yang ingin ku tulis, hanya ku tulis. Tidak menyampaikannya padamu. Sampai jumpa.


-Aku-

Minggu, 16 September 2012

Teruntuk Kamu

Yogyakarta, 16 September 2012


Hai kamu. Apa kabar? Baik-baik saja kan? Aku harap begitu. Mungkin aku tak perlu memberitahumu keadaanku seperti apa. Karna mungkin sampai kapanpun kau tak peduli.

Kamu. Kamu temanku. Ya, aku masih menganggapmu temanku. Tapi aku tak tau kau anggapku apa. Mantan teman? Mungkin. Tapi ingatkah? Dulu kau bukan anggap aku teman. Bukan sahabat. Bukan juga pacar. Semacam.... Begitulah... Sulit untuk kujelaskan, mungkin kau bisa menafsirkannya sendiri.

Aku ingin menanyakan perasaanmu saat ini. Apa kau marah padaku? Maaf kan aku jika aku pernah berbuat salah padamu. Aku minta maaf atas sifat keegoisanku. Aku harap kau mengerti. Aku bahagia mengenalmu. Lebih dari satu tahun aku mengenalmu. Hanya mengenalmu. Bukan memilikimu. Karna memang aku tidak ingin memilikimu.

Kau tahu? Aku saat ini merindukanmu. Dan kau harus tau. Sudah beberapa hari ini aku merindukanmu. Aku tak tau penyebabnya. Aku hanya merasakan aku merindukanmu. Merindu saat-saat kau mengagumiku. Bukan rindu untuk dijadikan kekasih. Tapi rindu saat kau menjadi temanku. Teman dalam kesepian ku. Teman dalam kesendirianku. Selalu ada untukku. Selalu membayangiku. Selalu berharap padaku. Kau pasti bertanya, mengapa aku tau semua itu? Karna aku mengenalmu lebih dari kau mengenalku sekalipun kau pengagumku.

Sekitar 1 tahun 3 bulan yang lalu. Aku mengenalmu. Perkenalan kita cukup lucu. Tapi aku tak harus menceritakannya disini. Awalnya aku tak peduli padamu. Tapi setelah kau berusaha untuk meyakinkanku. Aku mulai nyaman denganmu. Saat kau berada disampingku. Aku tak merasakan rasa apapun. Bahkan aku hampir mengabaikanmu. Lalu, kau mulai menyerah dan pergi meninggalkanku. Tapi disaat kau meninggalkanku, aku merasa kesepian. Saat kau kembali dan menurutku aku hanya sebagai pelampiasaan saat kau sudah tak berhubungan dengan perempuan itu lagi. Aku menerimamu, tapi lagi-lagi aku tak merasakan apapun hingga akhirnya kau pergi lalu kembali. Kejadian itu terus berulang. Aku tak mengerti. Tapi aku menikmati saat-saat kau mengagumiku. 

Saat kau melirikku. Saat kau memandangku. Saat kau menatapku. Bahkan saat pertama kali kau memanggil namaku dan berbicara denganku, itu adalah kejadian bersejarah dihidupku. Saat itu aku sudah memutuskan, mungkin aku menyayangimu, dan tinggal menunggu waktu.

Dalam tiap detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, aku menunggu waktu, seseorang datang dikehidupanku. Memberi perhatian lebih darimu. Aku menanggapi lebih dari aku menanggapimu. Aku mengabaikannya lebih sedikit dari aku mengabaikanmu yang terlalu banyak. Aku tau kau pasti marah, kau mungkin cemburu. Dan saat kau pergi meninggalkanku, kesedihanku tidak sama dengan kau meninggalkanku sebelum-sebelumnya. Aku merasa kau tak akan kembali. Dan memang benar, kau tak kembali.

Saat ini, aku merindukanmu teman. Ya, merindukanmu saat kau menjadi temanku. Mungkin jika aku tanya, kamu akan menjawab bahwa kita bukan musuh. Tapi perasaanmu mengatakan bahwa kita musuh. Kau berhak untuk marah padaku. Tapi kenyataannya kau yang meninggalkanku. Aku tahu pasti kau akan menjawab, "Kau adalah alasan aku aku meninggalkanmu. Kau yang membuat aku meniggalkanmu. Jangan salahkan aku". Ya, seperti itulah mungkin jawabanmu.

Saat kau membacanya, pasti bingung tentang apa yang ku tulis. Tapi memang kau akan membaca? Mustahil. Kamu, aku sangat merindukanmu. Semoga kita bisa bertemu dan kau akan memanggilku. Itu yang kurapkan. Mungkin itu saja yang ingin ku tulis, hanya ku tulis. Tidak menyampaikannya padamu. Sampai jumpa.


-Aku-