Sabtu, 13 Oktober 2012

Kamu

Satu kata, kamu. Aku tak tau harus mengartikan apa dari kata itu. Yang kutahu, kamu adalah kamu. Kamu yang kupikirkan saat ini. Kamu yang menjadi bayang-bayang diotakku. Bukannya malam ini aku belajar mempelajari rumus matematika atau fisika yang rumit dan membosankan itu, tetapi aku malah sedang menghabiskan waktu untuk memikirkanmu yang menurut orang berpendidikan itu tak penting, sama sekali. Aku bingung apa yang aku pikirkan saat ini. Mungkin namamu, wajahmu, ataupu hanya kamu. Kurasa kamu belum cukup paham untuk memahami kata-kata yang kutulis yang bahkan aku sendiripun tak mengerti.

Dalam bayangan fana, aku memikirkan apa yang harus kulakukan. Aku belum cukup dewasa untuk memikirkan ini. Dewasa memang pilihan, tapi aku tak bisa memilih untuk menjadi dewasa. Karna pengaruh umurku atau pengaruh apapun, aku tak tau. Aku merasa aku tidak ingin dewasa. Aku ingin menjadi anak-anak. Anak-anak yang penuh kebahagian, keceriaan, dan hal-hal yang kau pikirkan lainnya saat kecil. Karna menurutku menjadi dewasa itu penuh resiko. Besar tanggung jawab, ketepatan memimilih sesuatu dan hal-hal suram lainnya. Sisi lain mengajakku untuk menjadi dewasa. Aku mencoba, dan aku gagal. Aku merasa dewasa itu berjalan sesuai waktu. Entah waktu nyata ataupun fana..

Bahkan baru saja aku membahas yang berbeda dengan judul dan topik yang ku tulis. Kau bisa bilang ini bukti bahwa aku tak bisa memegang satu topik, topik dalam prinsip ataupun pilihan. Aku ingin kembali membahas 'kamu'. Bukan membahas dunia kedewasaan yang penuh resiko suram itu. Kamu. Aku terdiam sejenak. Memikirkan. Memahami. Dan mengartikannya. Seketika hening, dan aku gagal. Kamu, aku bingung dengan apa yang kutulis. Aku hanya meluapkan pikiranku tentangmu.

Kamu, aku mencintaimu. Aku menyayangimu. Aku menyukaimu. Kau mencintaiku. Kau menyayangiku. Kau menyukaiku. Kau bilang begitu padaku. Aku tak bisa bicara sepatah kata atau sepotong suku kata apapun. Aku diam. Memikirkan apa yang harus kupikirkan. Kau benar-benar mencintaiku? Aku berpikir sepertinya kamu menilaiku terlalu baik. Aku merasa sedikit aneh kau mencintaiku. Karna aku memiliki sisi yang tak kau ketauhi. Aku ragu kau benar mencintaiku. Apa benar sudah tak ada secuil rasa cinta pada orang yang dulu pernah menjadi milikmu? Aku ragu. Tapi kuharap jawabanmu 'benar'. Yang kulakukan saat ini adalah menjaga perasaanmu. Agar  perasaanmu hanya untukku. Karna aku mencintaimu. 



Fathi Abida Nurunnafi Ghaniyaska

Sabtu, 13 Oktober 2012

Kamu

Satu kata, kamu. Aku tak tau harus mengartikan apa dari kata itu. Yang kutahu, kamu adalah kamu. Kamu yang kupikirkan saat ini. Kamu yang menjadi bayang-bayang diotakku. Bukannya malam ini aku belajar mempelajari rumus matematika atau fisika yang rumit dan membosankan itu, tetapi aku malah sedang menghabiskan waktu untuk memikirkanmu yang menurut orang berpendidikan itu tak penting, sama sekali. Aku bingung apa yang aku pikirkan saat ini. Mungkin namamu, wajahmu, ataupu hanya kamu. Kurasa kamu belum cukup paham untuk memahami kata-kata yang kutulis yang bahkan aku sendiripun tak mengerti.

Dalam bayangan fana, aku memikirkan apa yang harus kulakukan. Aku belum cukup dewasa untuk memikirkan ini. Dewasa memang pilihan, tapi aku tak bisa memilih untuk menjadi dewasa. Karna pengaruh umurku atau pengaruh apapun, aku tak tau. Aku merasa aku tidak ingin dewasa. Aku ingin menjadi anak-anak. Anak-anak yang penuh kebahagian, keceriaan, dan hal-hal yang kau pikirkan lainnya saat kecil. Karna menurutku menjadi dewasa itu penuh resiko. Besar tanggung jawab, ketepatan memimilih sesuatu dan hal-hal suram lainnya. Sisi lain mengajakku untuk menjadi dewasa. Aku mencoba, dan aku gagal. Aku merasa dewasa itu berjalan sesuai waktu. Entah waktu nyata ataupun fana..

Bahkan baru saja aku membahas yang berbeda dengan judul dan topik yang ku tulis. Kau bisa bilang ini bukti bahwa aku tak bisa memegang satu topik, topik dalam prinsip ataupun pilihan. Aku ingin kembali membahas 'kamu'. Bukan membahas dunia kedewasaan yang penuh resiko suram itu. Kamu. Aku terdiam sejenak. Memikirkan. Memahami. Dan mengartikannya. Seketika hening, dan aku gagal. Kamu, aku bingung dengan apa yang kutulis. Aku hanya meluapkan pikiranku tentangmu.

Kamu, aku mencintaimu. Aku menyayangimu. Aku menyukaimu. Kau mencintaiku. Kau menyayangiku. Kau menyukaiku. Kau bilang begitu padaku. Aku tak bisa bicara sepatah kata atau sepotong suku kata apapun. Aku diam. Memikirkan apa yang harus kupikirkan. Kau benar-benar mencintaiku? Aku berpikir sepertinya kamu menilaiku terlalu baik. Aku merasa sedikit aneh kau mencintaiku. Karna aku memiliki sisi yang tak kau ketauhi. Aku ragu kau benar mencintaiku. Apa benar sudah tak ada secuil rasa cinta pada orang yang dulu pernah menjadi milikmu? Aku ragu. Tapi kuharap jawabanmu 'benar'. Yang kulakukan saat ini adalah menjaga perasaanmu. Agar  perasaanmu hanya untukku. Karna aku mencintaimu. 



Fathi Abida Nurunnafi Ghaniyaska

Sabtu, 13 Oktober 2012

Kamu

Satu kata, kamu. Aku tak tau harus mengartikan apa dari kata itu. Yang kutahu, kamu adalah kamu. Kamu yang kupikirkan saat ini. Kamu yang menjadi bayang-bayang diotakku. Bukannya malam ini aku belajar mempelajari rumus matematika atau fisika yang rumit dan membosankan itu, tetapi aku malah sedang menghabiskan waktu untuk memikirkanmu yang menurut orang berpendidikan itu tak penting, sama sekali. Aku bingung apa yang aku pikirkan saat ini. Mungkin namamu, wajahmu, ataupu hanya kamu. Kurasa kamu belum cukup paham untuk memahami kata-kata yang kutulis yang bahkan aku sendiripun tak mengerti.

Dalam bayangan fana, aku memikirkan apa yang harus kulakukan. Aku belum cukup dewasa untuk memikirkan ini. Dewasa memang pilihan, tapi aku tak bisa memilih untuk menjadi dewasa. Karna pengaruh umurku atau pengaruh apapun, aku tak tau. Aku merasa aku tidak ingin dewasa. Aku ingin menjadi anak-anak. Anak-anak yang penuh kebahagian, keceriaan, dan hal-hal yang kau pikirkan lainnya saat kecil. Karna menurutku menjadi dewasa itu penuh resiko. Besar tanggung jawab, ketepatan memimilih sesuatu dan hal-hal suram lainnya. Sisi lain mengajakku untuk menjadi dewasa. Aku mencoba, dan aku gagal. Aku merasa dewasa itu berjalan sesuai waktu. Entah waktu nyata ataupun fana..

Bahkan baru saja aku membahas yang berbeda dengan judul dan topik yang ku tulis. Kau bisa bilang ini bukti bahwa aku tak bisa memegang satu topik, topik dalam prinsip ataupun pilihan. Aku ingin kembali membahas 'kamu'. Bukan membahas dunia kedewasaan yang penuh resiko suram itu. Kamu. Aku terdiam sejenak. Memikirkan. Memahami. Dan mengartikannya. Seketika hening, dan aku gagal. Kamu, aku bingung dengan apa yang kutulis. Aku hanya meluapkan pikiranku tentangmu.

Kamu, aku mencintaimu. Aku menyayangimu. Aku menyukaimu. Kau mencintaiku. Kau menyayangiku. Kau menyukaiku. Kau bilang begitu padaku. Aku tak bisa bicara sepatah kata atau sepotong suku kata apapun. Aku diam. Memikirkan apa yang harus kupikirkan. Kau benar-benar mencintaiku? Aku berpikir sepertinya kamu menilaiku terlalu baik. Aku merasa sedikit aneh kau mencintaiku. Karna aku memiliki sisi yang tak kau ketauhi. Aku ragu kau benar mencintaiku. Apa benar sudah tak ada secuil rasa cinta pada orang yang dulu pernah menjadi milikmu? Aku ragu. Tapi kuharap jawabanmu 'benar'. Yang kulakukan saat ini adalah menjaga perasaanmu. Agar  perasaanmu hanya untukku. Karna aku mencintaimu. 



Fathi Abida Nurunnafi Ghaniyaska