Selasa, 04 Februari 2014

Hujan, Rindu dan Kamu




Hujan. Kau tahu? Aku senang ketika hujan tiba. Mengapa? Karena disetiap setitik rintik hujan membawa sejuta kerinduan. Cobalah, hitung saja berapa kerinduan yang membuncah saat hujan tiba semalam penuh? Mungkin alampun takkan sanggup menghitungnya. Tapi aku bisa merasakannya.

Hujan dan rindu. Dua kata menyatu. Menghasilkan puing-puing kesepian. Tapi sungguh, hujan dan rindu dapat mengobati setiap kesepian secara sempurna.

Aku senang merindukanmu. Merindumu, mampu mendekatkan aku dan kamu tanpa jarak, walau sebenarnya ada berjuta-juta jarak fana di antara aku dan kamu.

Kau tahu?
Aku rindu kamu. Aku rindu kita. Walau aku dan kamu tak pernah dan tak akan menjadi kita. Tapi aku rindu pertemuan kita. Aku rindu percakapan kita. Aku rindu kebersamaan kita. Aku rindu candamu. Aku rindu tawamu. Aku rindu senyummu. Aku rindu. Kamu. Sekali lagi. Aku rindu, kamu. Mengertilah.

Aku memang terlalu melankolis. Mengucap kata puitis romantis, omong kosong. Tapi percayalah, rindu ini tak pernah kosong.

Aku memang terlalu klise. Berkali-kali merindu pada hujan. Dan menghujan dalam rindu. Omong kosong.

Percayalah. Ini rindu. Bukan hujan. Ini selamanya. Bukan sesaat. Ini nyata. Bukan maya.
Tapi rindu dan hujan selalu sama.
Menanti keindahan pada waktunya. Sebuah pertemuan dan selengkung pelangi.
Apalagi? Sudah cukup, bukan?

Aku rindu, kepada hujan.





Salam,             

-Perindu Hujan-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selasa, 04 Februari 2014

Hujan, Rindu dan Kamu




Hujan. Kau tahu? Aku senang ketika hujan tiba. Mengapa? Karena disetiap setitik rintik hujan membawa sejuta kerinduan. Cobalah, hitung saja berapa kerinduan yang membuncah saat hujan tiba semalam penuh? Mungkin alampun takkan sanggup menghitungnya. Tapi aku bisa merasakannya.

Hujan dan rindu. Dua kata menyatu. Menghasilkan puing-puing kesepian. Tapi sungguh, hujan dan rindu dapat mengobati setiap kesepian secara sempurna.

Aku senang merindukanmu. Merindumu, mampu mendekatkan aku dan kamu tanpa jarak, walau sebenarnya ada berjuta-juta jarak fana di antara aku dan kamu.

Kau tahu?
Aku rindu kamu. Aku rindu kita. Walau aku dan kamu tak pernah dan tak akan menjadi kita. Tapi aku rindu pertemuan kita. Aku rindu percakapan kita. Aku rindu kebersamaan kita. Aku rindu candamu. Aku rindu tawamu. Aku rindu senyummu. Aku rindu. Kamu. Sekali lagi. Aku rindu, kamu. Mengertilah.

Aku memang terlalu melankolis. Mengucap kata puitis romantis, omong kosong. Tapi percayalah, rindu ini tak pernah kosong.

Aku memang terlalu klise. Berkali-kali merindu pada hujan. Dan menghujan dalam rindu. Omong kosong.

Percayalah. Ini rindu. Bukan hujan. Ini selamanya. Bukan sesaat. Ini nyata. Bukan maya.
Tapi rindu dan hujan selalu sama.
Menanti keindahan pada waktunya. Sebuah pertemuan dan selengkung pelangi.
Apalagi? Sudah cukup, bukan?

Aku rindu, kepada hujan.





Salam,             

-Perindu Hujan-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selasa, 04 Februari 2014

Hujan, Rindu dan Kamu




Hujan. Kau tahu? Aku senang ketika hujan tiba. Mengapa? Karena disetiap setitik rintik hujan membawa sejuta kerinduan. Cobalah, hitung saja berapa kerinduan yang membuncah saat hujan tiba semalam penuh? Mungkin alampun takkan sanggup menghitungnya. Tapi aku bisa merasakannya.

Hujan dan rindu. Dua kata menyatu. Menghasilkan puing-puing kesepian. Tapi sungguh, hujan dan rindu dapat mengobati setiap kesepian secara sempurna.

Aku senang merindukanmu. Merindumu, mampu mendekatkan aku dan kamu tanpa jarak, walau sebenarnya ada berjuta-juta jarak fana di antara aku dan kamu.

Kau tahu?
Aku rindu kamu. Aku rindu kita. Walau aku dan kamu tak pernah dan tak akan menjadi kita. Tapi aku rindu pertemuan kita. Aku rindu percakapan kita. Aku rindu kebersamaan kita. Aku rindu candamu. Aku rindu tawamu. Aku rindu senyummu. Aku rindu. Kamu. Sekali lagi. Aku rindu, kamu. Mengertilah.

Aku memang terlalu melankolis. Mengucap kata puitis romantis, omong kosong. Tapi percayalah, rindu ini tak pernah kosong.

Aku memang terlalu klise. Berkali-kali merindu pada hujan. Dan menghujan dalam rindu. Omong kosong.

Percayalah. Ini rindu. Bukan hujan. Ini selamanya. Bukan sesaat. Ini nyata. Bukan maya.
Tapi rindu dan hujan selalu sama.
Menanti keindahan pada waktunya. Sebuah pertemuan dan selengkung pelangi.
Apalagi? Sudah cukup, bukan?

Aku rindu, kepada hujan.





Salam,             

-Perindu Hujan-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar