Jumat, 10 Agustus 2012

Penyesalan dan Kata Maaf (part I)

"Selamat tinggal Salsa. Semoga kamu bahagia", kata sesosok manusia sambil berisak memandangku. Aku tidak mengingatnya dengan jelas, namun rasa sakit dihatiku masih kurasakan. Wajahnya yang seperti terpaksa menampakan senyuman. Pandangannya yang seakan berat untuk berpaling dariku dan air matanya yang terus mengalir membasahi pipinya.

JEDEEEEEER!! Suara petir membangunkan dari mimpi yang tadi ku alami. Gelap. Suara hujan terdengar sangat keras. Listrik mati, mungkin memang sengaja dimatikan oleh pusat karena cuaca yang sangat buruk. Ku ambil lilin diatas almari, ku nyalakan perlahan. Sudah subuh ternyata. Akupun beranjak mengambil air wudlu dan menunaikan sholat subuh. Setelah itu aku melakukan rutinitas yang biasa dilakukan oleh seorang pelajar sebelum berangkat sekolah.

Akhirnya aku sampai disekolah setelah berjuang dengan kakakku untuk melewati licinnya jalan raya karena tadi pagi hujan turun sangat deras. Satu menit saja terlewat, aku bisa terlambat dan mungkin aku bisa berlari mengelilingi lapangan sebanyak 10kali. Sampai kelas, hatiku mulai tenang Capek memang, tapi tak apa asalkan aku tidak terjebak dalam hukuman maut itu. Namun sialnya, karena aku sampai disekolah sudah siang, tak ada bangku yang tersisa dikelas. Sebenarnya ada, tapi aku tak pernah menganggap bangku itu ada, karena terletak jauh dibelakang, pojok pula. Dengan langkah tergontai, aku harus bisa menerima kenyataan bahwa aku akan duduk dibangku itu, yang penting aku masih bisa menyimak pelajaran.

Tiba-tiba bel berbunyi. Dan Bu Siska memasuki kelasku dengan anggunnya. "Ya, anak-anak, kali ini kelas kita kedatangan siswi baru, mungkin sebagian dari kalian sudah mengenalnya karena dia ini seorang model disalah satu majalah remaja.", kata Bu Siska dengan senyum merekah diwajahnya. Disaat seperti ini saja, beliau ramah. Andai saja disetiap jam pelajarannya pasti tidak sedikit siswa yang senam jantung, papan tulis yang terbelah akibat pukulan mautnya dan penghapus yang hilang entah kemana akibat lemparan hattricknya.

Kelas sontak mulai riuh. Siswa perempuan mulai bergosip ria menebak siapa yang akan menjadi siswi baru dikelas ini. Sedangkan siswa laki-laki sibuk bercermin, menyisir rambut, bahkan tak sedikit dari mereka yang mulai menulis. Rajin sekali, tapi sayang, bukannya menulis pelajaran melainkan menuliskan puisi ataupun surat cinta untuk siswi baru itu. Pelajar jaman sekarang memang ajaib sekali.

Bu Siska mulai menenangkan kelas yang gaduh itu, "Diam anak-anak!", teriaknya. Sontak kelas langsung hening. Tiba-tiba masuklah seorang gadis cantik, manis, putih, tinggi, dan seperti penampilannya, dia terlihat orang kaya. Tetapi menurutku kecentilan, kegenitan, dan terlalu banyak gaya, itu membuat kesempurnaan fisiknya runtuh. "Kenalin, namaku Kesha. Umur 15tahun. Hobbyku keliling dunia dan punya banyak cowok. Kalau ada yang mau daftar SMS aja ke nomor 081888675555, jangan lupa ketik 'hai' (spasi) 'cantik', dan satu lagi jangan lupa nyebutin nama pengirim ya", katanya untuk memperkenalkaan diri,

Kelas gaduh kembali. Siswa laki-laki langsung mencatat nomor itu, tapi tak banyak juga yang mengusir teman sebangku mereka agar siswi itu bisa duduk disebelah mereka. Aneh sekali dia, Percaya dirinya sangat tinggi. Jangan sampai aku akrab dengannya. Naudzubillah, pasti dia orang yang sangat menyebalkan, gumamku dalam hati. Sudahlah, kualihkan pandanganku pada sosok pujaan hatiku. Ah dia melihatku, senangnya hatiku. Andai dia tahu perasaanku yang sebenarnya.

Sedang asyiknya melamun dan memikirkan pujaan hatiku itu, tiba-tiba sesosok manusia menghampiri bangku ku dan berkata, "Hei, aku bolehkan duduk disebelahmu?". Aku tersentak kaget. Apa??? Inikan orang aneh itu, Siapa namanya? Kesha? Ah aku tidak peduli siapa namanya. Lalu apa yang harus ku katakan? pikirku. Spontan bibirku bergerak dan membentuk suara, "boleh kok". Alamak, apa yang kukatakan tadi? Bisa-bisanya aku menyanggupi kata-katanya. Baik, cukup hari ini saja. Besok jangan sampai aku duduk dengannya lagi.

Tadinya aku mengira Kesha anak yang cerewet, heboh, banyak tingkah. Tapi ternyata selama pelajaran dia hanya diam. Alamak, kemana rasa percaya dirinya tadi? Menarik juga anak ini. Tapi jangan sampai aku akrab dengannya. Jangan sampai. Aku harus menampilkan kesan buruk padanya bahwa aku tidak mau akrab dengannya. Dia mengajakku bicara, aku hanya menjawab singkat. Dia bertanya sesuatu, aku menjawab dengan nada ketus. Dia melucu, aku hanya tertawa namun hanya pura-pura, bahkan aku tidak tertawa sekalipun. Kejam, tak adil, aku tahu. Tapi aku punya batasan tersendiri untuk tidak berteman orang seperti dia.

Esoknya, aku sengaja berangkat siang tapi tidak terlambat. Aku melakukannya agar aku tak duduk dengannya lagi. Tak apa duduk dibangku menyebalkan itu, asalkan aku tak sebangku dengan anak itu. Toh dia juga berangkat pagi, pastilah dia akan duduk didepan bersama teman sebagku barunya. Namun tak kusangka, ternyata dugaanku salah. Salah besar. Rencanaku gagal. Memang, dia duduk dibangku depan tetapi dia telah mengosongkan satu bangku sampingnya untuk kududuki. Hebat. Ternyata dia cukup sabar menghadapi perlakuanku ini. Atau mungkin tak ada yang mau duduk dengannya? Entahlah, aku sangat sial.

Bel istirahat berbunyi, aku bergegas mendatangi salah satu bangku temanku dan bertanya, "Apa tadi tidak ada yang mau duduk dengan Kesha? Kenapa bangku sebelahnya kosong?". "Tidak. Tadi justru banyak yang ingin duduk dengan Kesha, tapi dia bilang bangku itu untukmu." Alamak, apa yang dia lakukan? Kesha memang anak yang aneh.....

Bersambung...

2 komentar:

  1. Ini kan dulu bikinnya waktu kita pgn jadi penulis itu ya:"")

    BalasHapus
  2. Iya dina sayang :'> aku mau kirim cerpen ini ke mbak PPL gitu, yaudah kirimnya lewat postingan, biar mbaknya copas._.

    BalasHapus

Jumat, 10 Agustus 2012

Penyesalan dan Kata Maaf (part I)

"Selamat tinggal Salsa. Semoga kamu bahagia", kata sesosok manusia sambil berisak memandangku. Aku tidak mengingatnya dengan jelas, namun rasa sakit dihatiku masih kurasakan. Wajahnya yang seperti terpaksa menampakan senyuman. Pandangannya yang seakan berat untuk berpaling dariku dan air matanya yang terus mengalir membasahi pipinya.

JEDEEEEEER!! Suara petir membangunkan dari mimpi yang tadi ku alami. Gelap. Suara hujan terdengar sangat keras. Listrik mati, mungkin memang sengaja dimatikan oleh pusat karena cuaca yang sangat buruk. Ku ambil lilin diatas almari, ku nyalakan perlahan. Sudah subuh ternyata. Akupun beranjak mengambil air wudlu dan menunaikan sholat subuh. Setelah itu aku melakukan rutinitas yang biasa dilakukan oleh seorang pelajar sebelum berangkat sekolah.

Akhirnya aku sampai disekolah setelah berjuang dengan kakakku untuk melewati licinnya jalan raya karena tadi pagi hujan turun sangat deras. Satu menit saja terlewat, aku bisa terlambat dan mungkin aku bisa berlari mengelilingi lapangan sebanyak 10kali. Sampai kelas, hatiku mulai tenang Capek memang, tapi tak apa asalkan aku tidak terjebak dalam hukuman maut itu. Namun sialnya, karena aku sampai disekolah sudah siang, tak ada bangku yang tersisa dikelas. Sebenarnya ada, tapi aku tak pernah menganggap bangku itu ada, karena terletak jauh dibelakang, pojok pula. Dengan langkah tergontai, aku harus bisa menerima kenyataan bahwa aku akan duduk dibangku itu, yang penting aku masih bisa menyimak pelajaran.

Tiba-tiba bel berbunyi. Dan Bu Siska memasuki kelasku dengan anggunnya. "Ya, anak-anak, kali ini kelas kita kedatangan siswi baru, mungkin sebagian dari kalian sudah mengenalnya karena dia ini seorang model disalah satu majalah remaja.", kata Bu Siska dengan senyum merekah diwajahnya. Disaat seperti ini saja, beliau ramah. Andai saja disetiap jam pelajarannya pasti tidak sedikit siswa yang senam jantung, papan tulis yang terbelah akibat pukulan mautnya dan penghapus yang hilang entah kemana akibat lemparan hattricknya.

Kelas sontak mulai riuh. Siswa perempuan mulai bergosip ria menebak siapa yang akan menjadi siswi baru dikelas ini. Sedangkan siswa laki-laki sibuk bercermin, menyisir rambut, bahkan tak sedikit dari mereka yang mulai menulis. Rajin sekali, tapi sayang, bukannya menulis pelajaran melainkan menuliskan puisi ataupun surat cinta untuk siswi baru itu. Pelajar jaman sekarang memang ajaib sekali.

Bu Siska mulai menenangkan kelas yang gaduh itu, "Diam anak-anak!", teriaknya. Sontak kelas langsung hening. Tiba-tiba masuklah seorang gadis cantik, manis, putih, tinggi, dan seperti penampilannya, dia terlihat orang kaya. Tetapi menurutku kecentilan, kegenitan, dan terlalu banyak gaya, itu membuat kesempurnaan fisiknya runtuh. "Kenalin, namaku Kesha. Umur 15tahun. Hobbyku keliling dunia dan punya banyak cowok. Kalau ada yang mau daftar SMS aja ke nomor 081888675555, jangan lupa ketik 'hai' (spasi) 'cantik', dan satu lagi jangan lupa nyebutin nama pengirim ya", katanya untuk memperkenalkaan diri,

Kelas gaduh kembali. Siswa laki-laki langsung mencatat nomor itu, tapi tak banyak juga yang mengusir teman sebangku mereka agar siswi itu bisa duduk disebelah mereka. Aneh sekali dia, Percaya dirinya sangat tinggi. Jangan sampai aku akrab dengannya. Naudzubillah, pasti dia orang yang sangat menyebalkan, gumamku dalam hati. Sudahlah, kualihkan pandanganku pada sosok pujaan hatiku. Ah dia melihatku, senangnya hatiku. Andai dia tahu perasaanku yang sebenarnya.

Sedang asyiknya melamun dan memikirkan pujaan hatiku itu, tiba-tiba sesosok manusia menghampiri bangku ku dan berkata, "Hei, aku bolehkan duduk disebelahmu?". Aku tersentak kaget. Apa??? Inikan orang aneh itu, Siapa namanya? Kesha? Ah aku tidak peduli siapa namanya. Lalu apa yang harus ku katakan? pikirku. Spontan bibirku bergerak dan membentuk suara, "boleh kok". Alamak, apa yang kukatakan tadi? Bisa-bisanya aku menyanggupi kata-katanya. Baik, cukup hari ini saja. Besok jangan sampai aku duduk dengannya lagi.

Tadinya aku mengira Kesha anak yang cerewet, heboh, banyak tingkah. Tapi ternyata selama pelajaran dia hanya diam. Alamak, kemana rasa percaya dirinya tadi? Menarik juga anak ini. Tapi jangan sampai aku akrab dengannya. Jangan sampai. Aku harus menampilkan kesan buruk padanya bahwa aku tidak mau akrab dengannya. Dia mengajakku bicara, aku hanya menjawab singkat. Dia bertanya sesuatu, aku menjawab dengan nada ketus. Dia melucu, aku hanya tertawa namun hanya pura-pura, bahkan aku tidak tertawa sekalipun. Kejam, tak adil, aku tahu. Tapi aku punya batasan tersendiri untuk tidak berteman orang seperti dia.

Esoknya, aku sengaja berangkat siang tapi tidak terlambat. Aku melakukannya agar aku tak duduk dengannya lagi. Tak apa duduk dibangku menyebalkan itu, asalkan aku tak sebangku dengan anak itu. Toh dia juga berangkat pagi, pastilah dia akan duduk didepan bersama teman sebagku barunya. Namun tak kusangka, ternyata dugaanku salah. Salah besar. Rencanaku gagal. Memang, dia duduk dibangku depan tetapi dia telah mengosongkan satu bangku sampingnya untuk kududuki. Hebat. Ternyata dia cukup sabar menghadapi perlakuanku ini. Atau mungkin tak ada yang mau duduk dengannya? Entahlah, aku sangat sial.

Bel istirahat berbunyi, aku bergegas mendatangi salah satu bangku temanku dan bertanya, "Apa tadi tidak ada yang mau duduk dengan Kesha? Kenapa bangku sebelahnya kosong?". "Tidak. Tadi justru banyak yang ingin duduk dengan Kesha, tapi dia bilang bangku itu untukmu." Alamak, apa yang dia lakukan? Kesha memang anak yang aneh.....

Bersambung...

2 komentar:

  1. Ini kan dulu bikinnya waktu kita pgn jadi penulis itu ya:"")

    BalasHapus
  2. Iya dina sayang :'> aku mau kirim cerpen ini ke mbak PPL gitu, yaudah kirimnya lewat postingan, biar mbaknya copas._.

    BalasHapus

Jumat, 10 Agustus 2012

Penyesalan dan Kata Maaf (part I)

"Selamat tinggal Salsa. Semoga kamu bahagia", kata sesosok manusia sambil berisak memandangku. Aku tidak mengingatnya dengan jelas, namun rasa sakit dihatiku masih kurasakan. Wajahnya yang seperti terpaksa menampakan senyuman. Pandangannya yang seakan berat untuk berpaling dariku dan air matanya yang terus mengalir membasahi pipinya.

JEDEEEEEER!! Suara petir membangunkan dari mimpi yang tadi ku alami. Gelap. Suara hujan terdengar sangat keras. Listrik mati, mungkin memang sengaja dimatikan oleh pusat karena cuaca yang sangat buruk. Ku ambil lilin diatas almari, ku nyalakan perlahan. Sudah subuh ternyata. Akupun beranjak mengambil air wudlu dan menunaikan sholat subuh. Setelah itu aku melakukan rutinitas yang biasa dilakukan oleh seorang pelajar sebelum berangkat sekolah.

Akhirnya aku sampai disekolah setelah berjuang dengan kakakku untuk melewati licinnya jalan raya karena tadi pagi hujan turun sangat deras. Satu menit saja terlewat, aku bisa terlambat dan mungkin aku bisa berlari mengelilingi lapangan sebanyak 10kali. Sampai kelas, hatiku mulai tenang Capek memang, tapi tak apa asalkan aku tidak terjebak dalam hukuman maut itu. Namun sialnya, karena aku sampai disekolah sudah siang, tak ada bangku yang tersisa dikelas. Sebenarnya ada, tapi aku tak pernah menganggap bangku itu ada, karena terletak jauh dibelakang, pojok pula. Dengan langkah tergontai, aku harus bisa menerima kenyataan bahwa aku akan duduk dibangku itu, yang penting aku masih bisa menyimak pelajaran.

Tiba-tiba bel berbunyi. Dan Bu Siska memasuki kelasku dengan anggunnya. "Ya, anak-anak, kali ini kelas kita kedatangan siswi baru, mungkin sebagian dari kalian sudah mengenalnya karena dia ini seorang model disalah satu majalah remaja.", kata Bu Siska dengan senyum merekah diwajahnya. Disaat seperti ini saja, beliau ramah. Andai saja disetiap jam pelajarannya pasti tidak sedikit siswa yang senam jantung, papan tulis yang terbelah akibat pukulan mautnya dan penghapus yang hilang entah kemana akibat lemparan hattricknya.

Kelas sontak mulai riuh. Siswa perempuan mulai bergosip ria menebak siapa yang akan menjadi siswi baru dikelas ini. Sedangkan siswa laki-laki sibuk bercermin, menyisir rambut, bahkan tak sedikit dari mereka yang mulai menulis. Rajin sekali, tapi sayang, bukannya menulis pelajaran melainkan menuliskan puisi ataupun surat cinta untuk siswi baru itu. Pelajar jaman sekarang memang ajaib sekali.

Bu Siska mulai menenangkan kelas yang gaduh itu, "Diam anak-anak!", teriaknya. Sontak kelas langsung hening. Tiba-tiba masuklah seorang gadis cantik, manis, putih, tinggi, dan seperti penampilannya, dia terlihat orang kaya. Tetapi menurutku kecentilan, kegenitan, dan terlalu banyak gaya, itu membuat kesempurnaan fisiknya runtuh. "Kenalin, namaku Kesha. Umur 15tahun. Hobbyku keliling dunia dan punya banyak cowok. Kalau ada yang mau daftar SMS aja ke nomor 081888675555, jangan lupa ketik 'hai' (spasi) 'cantik', dan satu lagi jangan lupa nyebutin nama pengirim ya", katanya untuk memperkenalkaan diri,

Kelas gaduh kembali. Siswa laki-laki langsung mencatat nomor itu, tapi tak banyak juga yang mengusir teman sebangku mereka agar siswi itu bisa duduk disebelah mereka. Aneh sekali dia, Percaya dirinya sangat tinggi. Jangan sampai aku akrab dengannya. Naudzubillah, pasti dia orang yang sangat menyebalkan, gumamku dalam hati. Sudahlah, kualihkan pandanganku pada sosok pujaan hatiku. Ah dia melihatku, senangnya hatiku. Andai dia tahu perasaanku yang sebenarnya.

Sedang asyiknya melamun dan memikirkan pujaan hatiku itu, tiba-tiba sesosok manusia menghampiri bangku ku dan berkata, "Hei, aku bolehkan duduk disebelahmu?". Aku tersentak kaget. Apa??? Inikan orang aneh itu, Siapa namanya? Kesha? Ah aku tidak peduli siapa namanya. Lalu apa yang harus ku katakan? pikirku. Spontan bibirku bergerak dan membentuk suara, "boleh kok". Alamak, apa yang kukatakan tadi? Bisa-bisanya aku menyanggupi kata-katanya. Baik, cukup hari ini saja. Besok jangan sampai aku duduk dengannya lagi.

Tadinya aku mengira Kesha anak yang cerewet, heboh, banyak tingkah. Tapi ternyata selama pelajaran dia hanya diam. Alamak, kemana rasa percaya dirinya tadi? Menarik juga anak ini. Tapi jangan sampai aku akrab dengannya. Jangan sampai. Aku harus menampilkan kesan buruk padanya bahwa aku tidak mau akrab dengannya. Dia mengajakku bicara, aku hanya menjawab singkat. Dia bertanya sesuatu, aku menjawab dengan nada ketus. Dia melucu, aku hanya tertawa namun hanya pura-pura, bahkan aku tidak tertawa sekalipun. Kejam, tak adil, aku tahu. Tapi aku punya batasan tersendiri untuk tidak berteman orang seperti dia.

Esoknya, aku sengaja berangkat siang tapi tidak terlambat. Aku melakukannya agar aku tak duduk dengannya lagi. Tak apa duduk dibangku menyebalkan itu, asalkan aku tak sebangku dengan anak itu. Toh dia juga berangkat pagi, pastilah dia akan duduk didepan bersama teman sebagku barunya. Namun tak kusangka, ternyata dugaanku salah. Salah besar. Rencanaku gagal. Memang, dia duduk dibangku depan tetapi dia telah mengosongkan satu bangku sampingnya untuk kududuki. Hebat. Ternyata dia cukup sabar menghadapi perlakuanku ini. Atau mungkin tak ada yang mau duduk dengannya? Entahlah, aku sangat sial.

Bel istirahat berbunyi, aku bergegas mendatangi salah satu bangku temanku dan bertanya, "Apa tadi tidak ada yang mau duduk dengan Kesha? Kenapa bangku sebelahnya kosong?". "Tidak. Tadi justru banyak yang ingin duduk dengan Kesha, tapi dia bilang bangku itu untukmu." Alamak, apa yang dia lakukan? Kesha memang anak yang aneh.....

Bersambung...

2 komentar:

  1. Ini kan dulu bikinnya waktu kita pgn jadi penulis itu ya:"")

    BalasHapus
  2. Iya dina sayang :'> aku mau kirim cerpen ini ke mbak PPL gitu, yaudah kirimnya lewat postingan, biar mbaknya copas._.

    BalasHapus